DPRD Banyuwangi Dorong Pendidikan Seks Diberikan Sejak Dini Kepada Anak

$rows[judul]



Keterangan Gambar : Istimewa

Banyuwangi, - DPRD Banyuwangi mendorong adanya pendidikan seks bagi anak-anak di wilayah setempat.

Diberikan sejak dini oleh keluarga ataupun sekolah, untuk menekan angka kasus kejahatan seksual di Banyuwangi.

Pendidikan seks yang dimaksud adalah belajar mengenai anatomi tubuh, reproduksi, perlindungan diri dari penyakit menular seksual, serta konseling terkait seks dan hubungan sehat dapat membantu anak memahami dan menerima perubahan yang terjadi pada diri mereka.


Baca Juga : Jadi Penyumbang PDRB Terbesar, DPRD Banyuwangi Minta Eksekutif Perhatian ke Sektor Pertanian

Selain itu, pendidikan seks juga membantu mencegah perilaku seksual yang tidak sehat seperti seks bebas, kekerasan seksual, pelecehan, dan kehamilan remaja yang tidak diinginkan. 

Memahami pentingnya seksualitas manusia merupakan hal yang krusial untuk membentuk pemikiran yang sehat dan bertanggung jawab mengenai tubuh dan orang lain.

Anggota DPRD Banyuwangi Fraksi PKB, Mafrochatin Ni'mah mengaku maraknya kasus kekerasan seksual pada anak tidak boleh dibiarkan berlarut-larut.

Semua pihak harus bekerja untuk menekan kasus ini. Baik itu pemerintah, atau bahkan masyarakat itu sendiri. Di mulai dari pendidikan di keluarga.

"Pola pendidikan di rumah ini, yang harus menjadi perhatian. Keluarga yang harus banyak berperan," kata Ni'mah, Selasa (14/3/2023).

Terkait pendidikan seks, itu menjadi hal yang perlu menjadi perhatian. Karena ini berkaitan dengan bagaimana upaya anak menjaga diri. 

Menurutnya hal itu akan efektif untuk membangun pola pikir dan kepekaan pada anak.

"Harus disampaikan apa saja bahayanya dan apa risikonya. Anak-anak harus diberi pembelajaran itu," ujarnya.

Selanjutnya adalah pembalajaran komunikasi dan mencurahkan apa yang dirasakan.

"Karena terkadang anak itu kurang piawai mengungkapkan perasaan. Karena takut, malu dan lain-lain. Padahal justru itu menjadi beban bagi anak itu sendiri. Sehingga harus diajari komunikasi dan menyampaikan perasaan," bebernya.

Peran sekolah juga tidak kalah penting. Sekolah juga harus berinovasi, menggagas program yang berfokus menekan kasus-kasus semacam ini.

"Pengawasan terhadap peserta didik harus ditingkatkan. Buat program yang orientasinya menguatkan kepekaan peserta didik," bebernya.

Kemudian eksekutif, lanjut Ni'mah juga harus lebih serius. Mengingat korbannya adalah anak-anak. Mereka adalah penerus generasi bangsa. 

Eksekutif harus menguatkan lagi sistem untuk memperkokoh pencegahan. Begitu juga penanganan pada korban seksual. 

"Pemkab juga harus lebih serius. Saya juga tidak tinggal diam, saya akan komunikasi dengan komunitas-komunitas, melakukan sosialiasi pencegahannya," tegasnya.