Infobanyuwangi.co.id - Banyuwangi terpilih sebagai salah satu tempat untuk mengadakan focus group discussion (FGD), dalam rangka review kebijakan dan implementasi teknologi digital di dunia pertanian, Senin (13/11/2023) mulai pukul 12.30 WIB - 16.00 WIB, tepatnya di Jalan Raya Jember No.KM. 7, Dadapan, Kecamatan Kabat, Banyuwangi.
FGD ini diselenggarakan oleh Australia Centre for International Agriculture Research (ACIAR) ialah Justin Ahmed dan Andrea Coello Konsultan dari Beanstalk, ia adalah ahli dan analis kebijakan teknologi pertanian.
Selain itu juga ada 2 tamu ahli dan analis kebijakan teknologi pertanian, yaitu Dr. Wahida Maghraby (Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian - ICASEPS Kementerian Pertanian), dan Dr. Dias Satria (Head Innovation Universitas Brawijaya).
Dalam kegiatan ini merupakan hasil kerjasama antara ACIAR (Australia Centre for International Agriculture Research) dan Universitas Brawijaya, dan difasilitasi oleh Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).
Ada sebanyak 8 petani yang diundang hadirkan untuk mengikuti kegiatan FGD, diantaranya Mumtadz Zaid Bin Tsabit (Drone penyemprotan pupuk), Edy Lusi (lampu buah naga), Nanang Widayat Kades Tambakrejo Muncar (Rubuha u kendalikan hama).
Selanjutnya Arief Tri Cahyana PAI (Mikroorganisme / pupuk organik / pertanian organik (reduktan pestisida)), Abdul Rachman Jauhari (Beras organik Sirtanio), Jufia Rasya Putri (Millennial marketing / jagoan tani), Ahmad Nur Fatoni (Sapi Manak Setahun Pisan (SMS) Pisan), Edy Suprandono (Pembibitan hortikultura Sukatani).
Menurut Plt Kepala Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan) Banyuwangi Ilham Juanda menyampaikan bahwa, Banyuwangi ini sudah cukup respon dan adaptif terhadap perkembangan pertanian digital.
"Itu sudah dilakukan dan ada embrionya walaupun masih dalam kategori awal ini sudah dilakukan pertanian digital di Banyuwangi ini," ujarnya.
"Mudah mudahan nanti bisa dilakukan ya Teknologi pertanian digital yang sudah diimplementasikan di Banyuwangi itu, sebagai bahan masukan nantinya untuk menyusun kebijakan pertanian digital secara umum di nasional pasti penerapannya," sambungnya.
Penyusunan program pertanian digital di Banyuwangi melibatkan petani yang mencermati penerapan teknologi digital dalam praktik budidaya pertanian mereka selama ini.
Harapannya ke depan, hasil FGD ini dapat menggambarkan tahapan-tahapan yang diperlukan untuk mewujudkan digitalisasi pertanian di Banyuwangi.
"Tentunya ke depan diharapkan hasil FGD ini ya sehingga nantinya bisa diketahui ya tahapan tahapannya untuk menjadi digitalisasi pertanian itu seperti apa," harapnya.
Target program teknologi digital di dunia pertanian, Ilham mengatakan bahwa program ini bisa sampai 5 tahun ke depan, dan ini masih dalam bentuk proposal hasilnya pun masih dimatangkan lagi oleh konsultan dari ACIAR.
"Nanti kemudian proposal implementasi pertanian digital ini diusulkan ke Bappenas, jadi mengenai kira kira seperti apa roadmap pertanian digital ini," katanya.
Justin dan Andrea, sebagai konsultan dari ACIAR, menyampaikan kepada semua peserta FGD bahwa dalam dunia teknologi pertanian, untuk mencapai kemajuan berkelanjutan, kerjasama adalah kunci. Mereka menyatakan bahwa bekerja sama merupakan suatu keharusan daripada bekerja secara individual.
Justin dalam sambutannya mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang hadir pada kegiatan FGD.
"Saya ingin berterima kasih kepada bapak dan ibu yang sudah hadir di sini, yang sudah menunjukkan yang positif untuk bekerja sama, untuk memajukan perekonomian teknologi pertanian digital yang tidak hanya inklusif, tapi akan memberikan dampak yang besar dan berkelanjutan kedepan,” ucap dalam bahasa Inggris yang diterjemahkan oleh seorang penerjemah pada kegiatan tersebut.
Dengan adanya pertanian digital, pertanian di Banyuwangi akan mengalami banyak manfaatnya. Seperti pertanian di Banyuwangi akan lebih maju, lebih modern, dan produktivitasnya lebih tinggi.
Ilham Juanda berharap para petani di Banyuwangi dapat mengambil langkah-langkah kebijakan dalam implementasi pertanian digital, guna meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan mereka.
"Ya harapan kita para petani di Banyuwangi dapat mengambil beberapa kebijakan ya dalam hal implementasi atau penerapan pertanian digital," harapnya.
Setelah diskusi awal dengan perwakilan petani inovatif Banyuwangi pada hari pertama, tim analis melanjutkan dengan kunjungan lapangan ke BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) Rogojampi pada hari kedua.
Pada kunjungan lapangan ini melihat penerapan teknologi digital pertanian Smart Farming berupa green house tanaman melon yang sudah beroperasi dengan metode IoT (Internet of Things).