Infobanyuwangi.co.id - Dosen Universitas PGRI Banyuwangi mendampingi nelayan di Teluk Pangpang dalam mengembangkan budidaya kepiting bakau.
Budidaya di kawasan hutan bakau yang masuk wilayah Dusun Tegalpare, Desa Wringinputih, Kecamatan Tegaldlimo ini berlangsung sejak beberapa tahun belakangan.
Potensi di hutan bakau ini cukup tinggi. Tetapi dalam perjalanan usaha ini, para nelayan kerap menemukan masalah. Angka kematian Kepiting bakau cukup tinggi.
Oleh sebab itu tim pengabdian masyarakat yang diketuai oleh Dewi Mutamimah, M. Si diikuti oleh dua anggota yakni Adi Pratama, M.T dan Megandhi G. Wardhana M. P mencoba membantu memecahkan persoalan tersebut.
Dewi Mutamimah mengatakan aktivitas budidaya kepiting bakau adalah upaya para nelayan untuk memulihkan perekonomian yang loyo pasca dihantam pandemi Covid-19.
Kepiting bakau merupakan komoditas bernilai ekonomis tinggi di pasar nasional dan internasional.
Teluk Pangpang yang merupakan wilayah hutan mangrove, sehingga cocok untuk budidaya kepiting ini.
Namun karena keterbatasan pengetahuan dalam analisis lingkungan dan managemen budidaya, justru banyak kendala yang ditemui. Bukannya untung justru para nelayan kerap merugi.
"Sehingga kami menawarkan alternatif solusi berdarsarkan riset dan narasi ilmiah untuk kemudian dapat dijadikan rujukan informasi untuk mengembangkan bisnis ini," kata dosen Teknologi Hasil Perikanan ini, 27 Maret 2022.
Pendampingan berlangsung selama 1 bulan, tepatnya pada Marer 2022. Tahap awal, adalah pemaparan materi tentang proses dan managemen budidaya.
Lokasi yang digunakan untuk kegiatan budidaya yaitu tambak yang terdapat di wilayah Teluk Pangpang. Ukuran tambak yang dimiliki mitra yaitu 50 m x 100 m.
Setelah tambak telah siap, selanjutnya yang dibutuhkan adalah bibit kepiting. Bibit kepiting bakau yang digunakan diperoleh dari pengepul kepiting bakau di daerah Kecamatan Muncar.
Bibit kepiting bakau yang ditebar yaitu sebanyak 10 kg atau sekitar 200 ekor. Waktu tebar bibit kepiting dilakukan dipagi hari agar suhu air pada tambak tidak terlalu panas.
Menurutnya untuk mempercepat pertumbuhan kepiting bakau, suhu optimal yakni sekitar 30˚C. Ketika melebihi suhu tersebut proses pertumbuhan kepiting bakau akan melambat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan budidaya kepiting bakau yaitu pakan, suhu, pH, salinitas, serta oksigen terlarut. Ketika faktor-faktor tersebut terpenuhi, tingkat keberhasilan akan lebih tinggi.
Dalam budidaya kepiting bakau membutuhkan pakan yang terjamin. Pakan kepiting yang digunakan seperti ikan rucah, udang, kerang dan sebagainya.
Pemberian pakan harus disesuaikan dengan kebutuhan. Kebutuhan pakan sekitar 5% dari berat tubuhnya. Pemberian pakan dijadwal 2 kali sehari yaitu pagi dan sore hari.
"Pemberian pakan yang kurang maka akan saling memangsa karena sifat kepiting bakau yaitu kanibal," ujarnya.
Dewi berharap dengan adanya informasi ini, apa yang menjadi permasalahan nelayan di Teluk Pangpang dapat diatasi.
"Sehingga ekonomi masyarakat dapat berangsur pulih kembali," tegasnya.