Infobanyuwangi.co.id- Kenaikan harga kedelai turut dirasakan produsen tempe di Banyuwangi. Para pengusaha terpaksa harus mengubah ukuran tempe, sehingga produksi agar tetap berjalan.
Salah satu pengusaha tempe asal Kelurahan Pengantigan, Kecamatan/Kabupaten Banyuwangi, Totok menyebut, harga kedelai di pasaran naik dari Rp 6 ribu per kilogram menjadi Rp 9 ribu per kilogram dan kini melonjak mencapai Rp 11 ribu.
"Imbas kenaikan yakni jelas berdampak pada proses produksi, apalagi bahan baku kedelai yang kami gunakan impor," ujarnya.
Adapun bahan baku yang digunakan kebanyakan pengusaha tempe di Banyuwangi impor dari luar negeri, ia menerangkan dengan melonjaknya harga kedelai sangat mempengaruhi jumlah produksi per harinya.
"Sebelumnya per hari kami menghabiskan 2 kwintal kedelai, karena lonjakan seperti ini, yah sekarang hanya 1,5 Kwintal," ungkapnya.
Totok menambahkan bahwa ia tidak memiliki pilihan lain, sebab jika menaikkan harga tempe bukanlah solusi yang tepat. Karena bila harga dinaikan justru akan berpengaruh terhadap daya beli konsumen.
Kekhawatiran terus ia rasakan karena saat ini ia mempekerjakan karyawan yang berjumlah 8 orang. Apabila terus melonjak naik, maka hal ini akan berdampak pada pengurangan karyawannya.
Untuk itu agar usahanya tetap berjalan ia terpaksa mengubah ukuran tempe tanpa mengubah komposisinya, karena ia menjelaskan bahwa pentingnya kualitas tempe yang dipasarkan.
Dia mengaku saat ini para produsen tempe maupun tahu di Banyuwangi banyak yang mengeluh. Sempat mencuat isu mogok produksi, namun karena kurang kompak sehingga hal tersebut diurungkan. Sehingga ia berharap agar harga kedelai segera stabil.
"Yah gimana lagi, kami hanya berharap agar harga kedelai segera stabil dan produksi bisa kembali normal," tandasnya. (rif/qin)