Infobanyuwangi.co.id - Pengendalian inflasi di Kabupaten Banyuwangi terus menjadi kajian antara Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Banyuwangi. Di antaranya dengan menggelar high level meeting bersama dengan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jember di Banyuwangi, Kamis (4/8/2022).
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani yang memimpin meeting tersebut menekankan untuk terus bersinergi dalam mengendalikan inflasi daerah. "Untuk mengendalikan inflasi ini, tidak bisa hanya dilakukan satu dua pihak saja. Tapi, harus bersinergi ke semua pihak. Tidak hanya antar dinas, tapi juga antar lembaga vertikal hingga antar daerah," terang Ipuk.
Sinergi tersebut menjadi ruh utama dalam empat skenario yang disiapkan oleh TPID Banyuwangi. Mulai dari pelaksanaan pasar murah hingga Kerjasama Antar Daerah (KAD). "Komoditas yang berlebih di daerah kita, bisa kita lempar ke daerah lain. Begitu pula sebaliknya, komoditas yang kurang kita pasok dari daerah lain dengan menggelar pasar murah," papar Ipuk.
Selain itu, dua skenario bertajuk Quick Win dalam menangani inflasi adalah dengan penguatan sektor produksi. "Sektor pertanian dan perikanan harus terus digenjot. Jika ikan laut menjadi bagian inflasi, maka perikanan darat harus terus digenjot," imbuh Ipuk.
Lebih spesifik pada sektor pertanian, Ipuk menyiapkan skenario digital farming. Komoditas pertanian yang selalu andil dalam inflasi perlu dilakukan peningkatan pengelolaan. Salah satunya adalah inovasi digital farming. "Inovasi ini untuk membantu petani dalam mengelola pertanian dengan pendekatan teknologi. Seperti halnya memeriksa kondisi tanah, hama sampai penanganannya. Ini untuk meminimalisir gagal panen," jelas Ipuk.
Untuk inflasi di Banyuwangi sendiri, menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Banyuwangi Tri Erwandi, mengalami inflasi pada angka 0,68 persen per Juli. Meningkat dari dua bulan sebelumnya 0,49 dan 0,61 persen. "Untuk inflasi bulan kemarin di antaranya disumbang oleh biaya sekolah SMP dan SMA yang memang masuk awal tahun ajaran baru," ungkapnya.
Kondisi inflasi tersebut, papar Tri, dinilai cukup bergejolak dibandingkan dengan dua tahun terakhir. "Pada saat Covid-19 kemarin, masyarakat menahan diri untuk mengurangi konsumsi, sehingga kondisi inflasi cukup stabil. Tetapi, saat ini, inflasi cukup bergejolak karena memang tingkat konsumsi meningkat," terangnya.
Pengendalian inflasi di Banyuwangi sendiri mendapat apresiasi dari Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jember Yukon Aprinaldo. Menurutnya, inflasi di Banyuwangi sangat terkendali. Bahkan, pertumbuhan ekonominya terhitung paling baik di wilayah Sekarkijang (Eks Karesidenan Besuki dan Lumajang).
"Pertumbuhan ekonomi Year on Year Banyuwangi sangat baik. Dari minus 3 pada 2020, meningkat menjadi 4,08 persen pada 2021. "Kalau dilihat trendnya, sangat berkemungkinan pertumbuhan ekonomi bisa meningkat lebih dari empat persen," ungkap Aldo.
Data perbankan, imbuh Aprinaldo, juga menunjukan angka yang positif. Mulai dari angka Dana Pihak Ketiga (DPK) dan aset hingga angka kredit. Pada 2022 ini, dari bulan ke bulan terus menunjukkan pertumbuhan. "Artinya, perputaran uang di Banyuwangi sangat aman," imbuhnya.
Perlu diketahui, sebelum melakukan high level meeting tersebut, Bupati Ipuk bersama Kepala BI Jember meninjau pelaksanaan pasar murah di Pasar Jajag. Selain itu, juga mengunjungi para petani cabe yang sedang panen di Desa Yosomulyo, Kecamatan Gambiran.
"Kami ingin melihat langsung kondisi komoditas di masyarakat. Baik di level produsen, sampai di level distributor yang langsung ke masyarakat," pungkas Ipuk.