Infobanyuwangi.co.id - Melalui program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM), tiga dosen Politeknik Negeri Banyuwangi (Poliwangi) turun langsung ke Desa Labanasem, Kecamatan Kabat, untuk mendampingi petani dalam mengatasi persoalan lingkungan sekaligus meningkatkan kemandirian pertanian.
Mereka adalah Salvian Setyo Prayitno, S.Pt., M.Pt.; Dr. Harvey Febrianta, S.Pt., M.Si.; dan Mohammad Ali Mudhor, S.P., M.P.
Ketiganya melaksanakan program pengabdian masyarakat bersama kelompok tani Among Tani Kawang, mitra lokal yang sehari-hari bergelut di bidang pertanian dan peternakan.
Ketua PKM Salvian Setyo Prayitno mengatakan, permasalahan yang mereka hadapi bukan hal sepele, limbah kotoran kambing dari aktivitas ternak kerap menimbulkan pencemaran, sementara ketergantungan pada pupuk kimia makin tinggi karena minimnya akses pengetahuan tentang pupuk alternatif.
“Menjawab persoalan itu, kami menginisiasi pelatihan Optimalisasi Limbah Kotoran Kambing sebagai Pupuk Organik dalam Penguatan Pertanian Berkelanjutan,” ujarnya.
Kegiatan ini berlangsung Selasa (23/8/2025) di area peternakan desa, diikuti 20 anggota kelompok tani yang mayoritas berprofesi ganda sebagai petani sekaligus peternak.
Rangkaian pelatihan dimulai dengan sosialisasi tentang pentingnya pengolahan limbah ternak serta bahaya penggunaan pupuk kimia berlebihan. Setelah itu, para peserta diajak praktik langsung mengolah kotoran kambing menjadi pupuk organik menggunakan alat penggiling khusus.
“Sebagai bentuk keberlanjutan, kami juga menghibahkan alat tersebut kepada kelompok tani agar bisa dimanfaatkan secara mandiri,” imbuhnya.
Salvian menambahkan, pelatihan ini bertujuan untuk memperkuat kapasitas dan kemandirian petani dalam mengelola limbah peternakan secara efisien dan bernilai guna.
“Kegiatan ini tidak hanya menyelamatkan lingkungan, tetapi juga membuka peluang baru bagi pertanian ramah lingkungan di Desa Labanasem,” ujarnya.
Sementara itu, Ketua Kelompok Among Tani Kawang, Bapak Ali Mustaqim, mengapresiasi kepedulian Poliwangi terhadap kelompoknya.
“Pelatihan ini sangat bermanfaat dan aplikatif. Kami berharap program seperti ini dapat terus dikembangkan dengan dukungan pemerintah desa dan kolaborasi lintas sektor,” tuturnya.
Poliwangi berkomitmen terus berperan sebagai kampus vokasi yang tidak hanya mengajar di ruang kelas, melainkan juga hadir di tengah masyarakat untuk menawarkan solusi konkret, berkelanjutan, dan berorientasi pada kesejahteraan petani. (*)