Tim PKM Poliwangi Dampingi Ibu-Ibu Desa Gitik Pasarkan Produk Eco-Enzyme

$rows[judul]



Keterangan Gambar : Ibu-ibu Ikatan Wanita Berlian (IWB) Desa Gitik bersemangat mengikuti pendampingan PKM Poliwangi untuk memasarkan produk eco-enzyme. (Ist)

Infobanyuwangi.co.id - Sampah rumah tangga, khususnya sisa makanan, masih menjadi persoalan besar di Indonesia. Data KLHK tahun 2023 mencatat timbunan sampah mencapai 69,9 juta ton, dengan 41,6 persen berupa sisa makanan. 

Di Banyuwangi, komposisi sampah organik bahkan lebih tinggi, sekitar 52 persen pada 2024. Jika dibiarkan menumpuk tanpa pengolahan, limbah ini dapat mencemari tanah, air, udara hingga memicu berbagai penyakit.

Melihat persoalan itu, Tim Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) Politeknik Negeri Banyuwangi (Poliwangi) melakukan pendampingan di Desa Gitik, Kecamatan Rogojampi. 


Baca Juga : Hal Penting Diketahui Jamaah Sebelum Umroh di Bulan Januari


Kegiatan ini diketuai Sandryas Alief Kurniasanti, S.ST., M.M., bersama anggota tim Shinta Setiadevi, S.TP., M.M.; Eka Nurmala Sari, M.P.; serta mahasiswa Oliovia Permata Sari dan Zalva Fibrynda Wiridilla Malawangi.

Ketua tim, Sandryas Alief Kurniasanti, mengatakan pendampingan ini tidak hanya fokus pada pelatihan pembuatan eco-enzyme dari limbah organik, tetapi juga strategi pemasarannya. 

“Kami ingin agar ibu-ibu tidak hanya mampu mengolah sampah menjadi eco-enzyme, tetapi juga mahir menjual produk ini agar menambah penghasilan keluarga,” ujarnya, Rabu (17/9/2025).

Ikatan Wanita Berlian (IWB), kelompok ibu rumah tangga di Desa Gitik, menjadi mitra dalam program ini. Mereka mendapatkan materi tentang pengembangan produk agar berkualitas, desain kemasan yang menarik, hingga strategi promosi melalui media sosial.


Dengan bekal tersebut, produk eco-enzyme yang ramah lingkungan dapat diposisikan bukan hanya sebagai hasil olahan sampah, tetapi juga sebagai produk kreatif dengan nilai ekonomi. 

Para anggota IWB diharapkan mampu memperluas pasar sekaligus memperkuat ekonomi keluarga, sembari ikut menjaga lingkungan tetap bersih dari limbah organik.

“Dengan bekal keterampilan pemasaran, ibu-ibu rumah tangga tidak hanya berkontribusi menjaga lingkungan dari limbah organik, tetapi juga memperkuat ekonomi keluarga melalui industri kreatif,” kata Sandryas. (*)