Metode Blended Learning Jadi Andalan Dispendik Banyuwangi Tingkatkan Aksesibilitas Pendidikan

$rows[judul]



Keterangan Gambar : Istimewa

Banyuwangi, - Dispendik Banyuwangi meluncurkan program pelatihan bagi tenaga pendidik melalui metode pendekatan blended learning. 

Metode ini adalah menggabungkan pembelajaran langsung dan mandiri yang dapat dilakukan kapan saja.

Tujuannya adalah untuk mempermudah aksesibilitas pendidikan di wilayah setempat. 


Baca Juga : Survey Geologi Gunung Salakan Rampung Dilakukan, PT BSI Sampaikan Terimakasih Kepada Masyarakat

Blended learning dimulai di sejumlah sekolah diantaranya di SDN 1 Tamansari, SDN 4 Tamansari, SMPN 1 Licin, SMPN 2 Licin, dan SMAN 1 Wongsorejo.

"Sekolah-sekolah yang mengikuti program inovasi pembelajaran ini dipilih oleh mitra kami," kata Ketua Dispendik Banyuwangi, Suratno.

Pemilihan sekolah, lanjut Suratno, sengaja dipilih dari yang terjauh atau daerah pinggiran Banyuwangi. Perlahan program juga akan diimplementasikan ke kota.

Pelatihan yang digeber dari hari ini hingga November itu merupakan salah satu program CSR dari BCA yang diberikan kepada Dispendik Banyuwangi untuk meningkatkan metode pembelajaran dan pelayanan di dunia pendidikan dengan melibatkan Putera Sampoerna Foundation.

Menurut Suratno, kegiatan seperti ini akan memberikan pengalaman berbeda bagi kepala sekolah dan para guru karena pendekatan yang digunakan tak sama dengan metode yang selama ini diterapkan karena berbasis satuan pendidikan bukan basis mata pelajaran dan jenjang.

"Jadi kepala sekolah diberikan pelatihan tentang manajemen sekolah yang baik, sedangkan guru memberikan pembelajaran yang lebih inovatif dengan menggunakan student centered learning," jelasnya.

Dalam pelaksanaan pelatihan, para peserta akan diajarkan di sekolah masing-masing melalui tatap muka dan menggunakan platform aplikasi tertentu dari pelatih. Setelah selesai mengikuti pelatihan, para peserta diminta untuk menularkan kepada sekolah lain di kabupaten ujung timur Pulau Jawa.

"Kami berharap agar para pelatih dapat mencetak kepala sekolah dan guru di 5 sekolah tersebut menjadi narasumber dan program ini harus dikemas dalam bentuk training of trainer," pungkas Suratno.