PC IPNU Banyuwangi Gelar Refleksi Hari Lahir Pancasila dan Kirim Doa untuk Buya Syafi'i

$rows[judul]



Keterangan Gambar : IPNU Banyuwangi saat melakukan refleksi di situs Kerajaan Blambangan (istimewa)

Infobanyuwangi.co.id - Badan SCC PC IPNU Banyuwangi mengadakan refleksi hari Lahir Pancasila. Refleksi dilakukan di Situs  Kerajaan Blambangan di Macanputih Kecamatan kabat, Banyuwangi (2/6/2022).

Ketua IPNU Banyuwangi Imam Mutaji mengatakan pemilihan situs sebagai lokasi refleksi karena tempat tersebut memiliki kaitan dengan lahirnya Pancasila.

Menurut dia berbicara Pancasila yang sejak di sahkan pada sidang PPKI 18 Agustus 1945 tidak terlepas dari Kerajaan Majapahit yang menjadi akar Pancasila dan Kerajaan Blambangan merupakan bagian pecahan dari kerajaan pada era keruntuhannya itu sendiri. 


Baca Juga : Di Paripurna DPRD, Bupati Ipuk Beberkan Banyuwangi 10 Kali Raih WTP Berturut-turut

Secara historis arti Pancasila didapat dari perpustakaan Buddha di India yang bersumber dari kitab Suci Tri Pittaka yang berisi ajaran moral untuk mencapai nirwana melalui samadhi, dan setiap golongan berbeda kewajiban moralnya.

Ajaran moral tersebut dikenal dengan Dasasyiila, Saptasyiila dan Pancasyiila. Dalam perkembangannya istilah Pancasila masuk khazanah kesusatraan Jawa kuno pada zaman Majapahit di bawah pemerintahan prabu Hayam Wuruk dengan Maha Patih Gajah Mada. Istilah Pancasila terdapat dalam kitab Negara Kertagama yang berupa syair pujian ditulis oleh

pujangga istana Mpu Prapanca, yaitu terdapat pada pupuh 53 bait 2 yang berbunyi _“ Yatnanggegwani Pancasyiila Kertasangka Rabhi Sakakrama_, yang artinya Raja menjalankan dengan setia kelima pantangan (pancasila) itu.


Begitu pula upacara-upacara adat dan penobatan-penobatan. Kemudian setelah Majapahit runtuh dan islam mulai menyebar keseluruh Nusantara, istilah tersebut berubah diganti dan dikenal dengan _Mo Limo_.

"Sehingga memperingati hari Pancasila tidak hanya sekedar mengingat tapi dengan refleksi ini kita juga mempelajari seluk beluknya," kata Taji sapaan akrabnya.

Selain refleksi, dalam kegiatan ini Badan SCC PC IPNU Banyuwangi juga melakukan acara tahlilan memperingati 7 Hari Wafatnya Guru Bangsa Buya Syafii Maarif yang dikenal sebagai Pemikir Bangsa dan Cendikiawan Bersahaja.

Menurut dia, Buya Syafi'i adalah sosok Cendikiawan dan juga pernah menuliskan karya-karya monumental salah satunya adalah Islam dan Pancasila sebagai Dasar Negara.

Ditengah ramainya  pemboikotan oleh ekstrimis dan kelompok-kelompok anti Pancasila, Buya Syafii Maarif Muncul sebagai sosok Solutif.

"Buya Syafi'i pernah mengatakan "sudah tidak relevan lagi mempertentangkan antara Islam dan Pancasila karena Pancasila sudah menjadi  konsensus yang disepakati dan jalani bersama. Justru yang menjadi PR adalah membawa nilai-nilai Pancasila membumi," kata Taji meniru perkataan Buya Syafi'i.

Di era digital yang arus komunikasi dan interaksi semakin mudah, cepat dan pesat ini. Perlu diketahui bersama bagaimana anak bangsa yang semestinya terdidik yang kelak memikul tanggungjawab kemajuan peradaban. 

Sering kita jumpai dimedia massa, online bahkan menyaksikan di depan mata sendiri fakta yang meresahkan dengan maraknya kasus penyimpangan moral dan  etika seperti Pornografi, asusila, Narkoba, tawuran antar pelajar  yang kesemua itu bertentangan dengan nilai Pancasila untuk menjadi bangsa yang bermartabat. 

Jika hal tersebut terus dibiarkan tanpa adanya netralisir maka sama saja Pemerintah telah menggali kuburannya sendiri. Sudah sepatutnya ada gerakan strategis dan taktis untuk mengakomodasi itu semua terutama pengerahan penuh institusi Pemerintah yang terkait dalam hal 

Padahal jika ditelisik lebih kebawah, bahwa banyak Komunitas maupun organisasi berlandaskan Pancasila yang sudah bergerak dan bergrilya dalam menunjukkan pembumian nilai-nilai Pancasila ditengah-tengah Masyarakat. 

Namun bisa jadi karena masih pasifnya sinergi sehingga dalam mengatasi masalah-masalah tersebut. Kurang efektif dan efisien.

"Semoga besar harapan di hari Lahir Pancasila tahun 2022 menjadi Tahun harmoni untuk mewujudkan pembangunan Nasional lewat Pencerdasan Anak Bangsa yang mengemban nilai-nilai Pancasila dan dapat membumikannya sehingga Guru Bangsa yang telah berpulangpun tetap akan Bangga di akhirat kelak bahwa apa yang Ia idam-idamkan selama masih hidup dan belum terwujudkan dapat di sukseskan oleh Pelajar Generasi Penerus Bangsa sekarang," harap Taji.