Infobanyuwangi.co.id – Merosotnya jumlah tangkapan ikan di Banyuwangi menjadi polemik yang diperbincangkan masyarakat.Asumsi-asumsi liar terus menggelinding. Salah satunya disebutkan karena laut Banyuwangi sudah tercemar.
Kepala Bidang (Kabid) Perikanan Tangkap Dinas Perikanan Banyuwangi, Anang Budi Wasono tidak sepenuhnya membenarkan tudingan tersebut.
Menurutnya ada beberapa faktor yang melatarbelakangi penurunan tangkapan ikan. Diantaranya, berkurangnya jumlah nelayan berkapasitas besar, perilaku nelayan dan faktor cuaca.
“Faktor iklim yang paling berpengaruh. Menyebabkan ikan sulit didapat dan nelayan pun lebih susah melaut,” kata Anang Budi.
Seperti dalam beberapa tahun terakhir, Banyuwangi kerap dilanda La Nina. Perubahan cuaca secara ekstrim dan mengakibatkan perubahan suhu secara drastis pada permukaan air laut. Imbasnya habitat ikan juga ikut berpindah.
“Selain iklim, penyebab berkurangnya tangkapan ikan juga disebabkan jumlah nelayan pemodal besar atau pemilik kapal ‘Slerek’ jumlahnya terus turun,” ungkap Anang.
Saat ini, lanjutnya, mayoritas nelayan melaut dengan menggunakan kapal gardan. Kapal jenis ini tidak membutuhkan modal besar. Ukuran kapal lebih kecil dan hanya berisi 5-10 orang saja. Sementara kapal ‘Slerek’ minimal membutuhkan 40 orang.
Tak berhenti disitu, anjloknya jumlah tangkapan ikan juga merupakan imbas perubahan perilaku nelayan dalam melaut.
“Nelayan melaut hanya dalam sehari saja, sehingga tidak bisa meng eksplore laut lebih jauh lagi. Mayoritas mereka mencari ikan dengan jarak sekitar 4-12 mil dari pesisir,” jelas Anang.
“Menurunnya jumlah tangkapan ikan juga terjadi lantaran nelayan berganti jenis tangkapan, yang sebelumnya menangkap ikan, berganti menangkap baby lobster,” imbuhnya.
Sebelumnya, Dinas Perikanan Banyuwangi, juga pernah menerima informasi bahwa nelayan diwilayah Kecamatan Pesanggaran, kesulitan menangkap ikan. Sejumlah oknum menuding penyebabnya adalah fenomena banjir lumpur serta pencemaran air laut oleh limbah perusahaan pertambangan PT Bumi Suksesindo (PT BSI).
Kala itu, Kepala Dinas Perikanan Banyuwangi, Alief R Kartiono, langsung mengirim tim untuk melakukan investigasi lapangan.
“Memang ada sebagian orang yang menyebut bahwa penyebab air keruh karena adanya aktivitas tambang. Tapi penelitian teman-teman penyuluh, keruhnya air laut bersumber dari aliran sungai,” katanya.
Sedang terkait tudingan menurunnya hasil tangkapan ikan nelayan karena adanya limbah yang mencemari air laut. Juga ditepis oleh dinas. Sebagai bukti bahwa isu pencemaran air laut tidak benar, yakni jumlah tangkapan baby lobster terjadi peningkatan. Padahal, jika air laut tercemar limbah, seharusnya bukan hanya ikan yang mati, tapi seluruh biota laut lainnya. (*)