Tim Poliwangi Edukasi Warga Jambewangi Sulap Kulit Buah Naga jadi Teh Celup

$rows[judul]



Keterangan Gambar : Tim pengabdian Poliwangi foto bareng usai latih petani buah naga Desa Jambewangi, Kecamatan Sempu, olah kulit buah naga menjadi teh celup. (Infobanyuwangi.co.id).

Infobanyuwangi.co.id- Kulit buah naga yang kebanyakan dibuang oleh masyarakat, ternyata bisa dimanfaatkan untuk dijadikan produk olahan teh celup.

Seperti yang dilakukan tim pengabdian Politeknik Negeri Banyuwangi (Poliwangi) di Desa Jambewangi, Kecamatan Sempu.



Baca Juga : Ketua DPRD Jadi Guru Dadakan di SMAN 1 Giri

Tim dosen Poliwangi yang terdiri dari Esa Riandy Cardias S.Par., M.Sc., Nanda Rusti, S.P., M.Sc. dan Ahmadintya Anggit Hanggraito S.AB, membantu mengatasi persoalan petani buah naga di desa setempat.


Perwakilan tim Esa Riandy Cardias mengatakan, Desa Jambewangi merupakan desa wisata buah naga. Ketersediaan buah naga di sana melimpah.


Namun, karena buah naga yang melimpah dengan harga jual yang cukup rendah, tidak semua hasil panen petani buah naga laku terjual.


"Kebanyakan dari buah naga yang tidak laku tersebut, nantinya digunakan oleh petani untuk pakan ternak, bahkan ada yang dibuang dan sebagian enggan dipanen," beber Esa Riandy Cardias.


Menanggulangi permasalahan tersebut, tim Poliwangi memberikan solusi dengan mengadakan pelatihan pembuatan teh celup kulit buah naga. Kegiatan itu bertujuan mengoptimalisasikan Co Creation Wisata Agro di Desa Jambewangi.


Acara pelatihan dihadiri para masyarakat desa jambewangi dan pelaku usaha UMKM. Sedangkan pembuatan teh celup buah naga yang hanya menggunakan kulitnya itu, guna mengurangi food waste dan penambahan pendapatan masyarakat Desa Jambewangi. 


"Teh celup hasil limbah kulit buah naga nantinya dapat diproduksi dan dikomersilkan oleh mitra. Karena di sini memiliki latar belakang sebagai salah satu desa yang ikut festival buah naga, yang diadakan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi," sambungnya.


Kegiatan sosialisasi pembuatan teh celup ini sangat bermanfaat bagi warga, selain meningkatkan produk olahan baru, juga dapat mengoptimalkan proses daur ulang dari produk buah naga organik itu sendiri. 


"Alat yang digunakan sebagai pengemasan diminimalisir secara sederhana, namun untuk proses pengeringan kulit buah naga menggunakan oven buatan lokal Indonesia. Alat ini kita hibahkan ke warga desa," cetusnya.


Esa Riandy Cardias menambahkan, hasil sosialisasi pembuatan produk hasil teh celup herbal kulit buah naga ini, diharapkan nantinya memiliki desain kemasan yang tidak kalah menarik dengan desain kemasan teh celup yang ada di pasaran. 


"Teh celup yang ada di pasaran kebanyakan menggunakan bahan baku pucuk daun teh, akan tetapi produk yang dihasilkan mitra lebih unggul karena memanfaatkan limbah kulit buah naga organik," tukasnya.


Nantinya, lanjut dia, produk ini diharapkan mampu menjadi produk olahan unggulan di UMKM dan masyarakat Desa Jambewangi dalam upaya mengembangkan daya tarik agrowisata. 


Dalam sosialisasi tersebut, tim dan warga sepakat untuk mengadakan pertemuan lanjutan di bulan November untuk membahas hasil uji lab dari kandungan teh celup buah naga Jambewangi. 


"Selain itu, hal ini tidak menutup kemungkinan adanya perencanaan penting terkait model pengelolaan limbah organik dari buah naga yang dapat dijadikan sub-produk khusus lainnya," tandas Esa Riandy Cardias.