Infobanyuwangi.co.id- Pemkab Banyuwangi kembali gencarkan skrining Tuberkulosis (Tb). Dalam rangka Hari Tuberkulosis Sedunia, Banyuwangi menargetkan sedikitnya ada 22.500 warga rentan yang diskrining selama bulan Maret sampai April mendatang.
“Selama pandemi ini, perhatian kita fokus pada penanganan covid. Meski begitu, penyakit lainnya, seperti Tb harus tetap jadi perhatian kita. Dan dalam momentum Hari Tb Sedunia ini, kami menggerakkan seluruh puskesmas di Banyuwangi untuk menskrining warga yang terindikasi mengidap Tb,” ungkap Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani saat membuka puncak Peringatan Hari Tuberkulosis Sedunia di Puskesmas Songgon, Rabu (30/3/2022).
Untuk menangani Tb ini sendiri, imbuh Ipuk, harus ada keterlibatan semua pihak. Terutama partisipasi warga untuk melaporkan anggota keluarganya yang sakit.
Saat ini, fasilitas kesehatan di masing-masing Puskesmas di Banyuwangi telah dibentuk tim khusus untuk melakukan pendampingan pasien Tb. Bahkan, RSUD Blambangan juga telah dilengkapi dengan pelayanan Tuberkulosisi Resistan Obat (TBC-RO).
"Sehingga pasien Tb RO tak perlu lagi dirujuk ke luar kota. Cukup berobat di Banyuwangi saja," jelas Plt Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi Amir Hidayat.
Salah satu pasien Tb yang berhasil sembuh adalah Nur Kholidah. Warga Desa Sumberarum itu, rutin melakukan perawatan di Puskesmas Songgon sejak divonis mengidap Tb pada pertengahan 2020. Sembilan bulan lamanya, ia rutin mengkonsumsi obat yang diberikan oleh Puskesmas.
“Awal minum obat, saya merasakan mual, pusing dan lemas. Tapi, berkat pendampingan dan motivasi dari petugas Puskesmas, alhamdulillah, saya bisa melalui itu semua. Saya rutin minum obat dan kontrol,” terangnya.
Nur Kholidah juga mengapresiasi kesigapan pelayanan yang diberikan Puskesmas Songgon. “Tidak hanya saya yang datang ke Puskesmas, tapi petugas Puskesmasnya juga datang ke rumah. Memantau kondisi rumah dan lingkungan sekitar untuk memastikan kebersihannya,” paparnya.
Hal yang sama juga diakui oleh Rohman, warga Desa Songgon. Pasien yang telah melakukan pengobatan rutin selama tujuh bulan itu, mengajak seluruh warga yang menderita Tb untuk tak segan berobat di Puskesmas. “Kita akan selalu mendapatkan pendampingan setiap ada gejala atau perkembangan dari penyakit kita,” ujarnya.
Rohman sendiri mengakui jika dirinya termasuk pasien yang telat memeriksakan diri. Setelah mengidap batuk tak kunjung sembuh lebih dari tiga tahun, baru ia memberanikan diri untuk periksa. Saat periksa itulah, baru diketahui bahwa ia mengidap Tb dengan kondisi yang sudah cukup parah.
“Jangan sampai telat periksa, agar segera bisa diobati. Sehingga bisa lebih cepat sembuh,” ujar Rohman.
Sementara itu, Plt Kadis Kesehatan Amir Hidayat menyebutkan, bahwa pengidap Tuberkulosis di Banyuwangi mencapai 1.892 orang. “158 di antaranya adalah pasien anak,” ungkap Amir.
Untuk itu, lanjut Amir, pihaknya selain melakukan serangkaian pengobatan kepada para pasien yang telah teridentifikasi, juga terus melakukan skrining sebagai upaya untuk mendeteksi dini potensi persebarannya.
“Pada bulan Maret-April ini, saya targetkan sedikitnya ada 22 ribu warga rentan yang mendapatkan skrining di seluruh Puskesmas se Banyuwangi. Sampai saat ini, target tersebut setidaknya telah mencapai 70 persen,” pungkasnya. (wan/qin)