Gus Munib Blokagung Tak jadi Nyaleg DPRD Banyuwangi, Sosok Penggantinya Bukan Orang Sembarangan

$rows[judul]



Keterangan Gambar : Gus Mukhtar Nabali atau Gus Nabil yang menggantikan KH Ahmad Munib Syafaat dari Ponpes Darussalam Blokagung maju jadi Caleg DPRD Banyuwangi.

Infobanyuwangi.co.id - Pengasuh Pondok Pesantren (Ponpes) Darussalam Blokagung, KH Ahmad Munib Syafaat yang akrab disapa Gus Munib tak lagi nyaleg DPRD Banyuwangi. Sosok penggantinya masih dari ponpes yang sama.

Jika dilihat dari latar belakangnya, sosok pengganti Gus Munib yang dipastikan maju jadi Caleg DPRD Banyuwangi bukan orang sembarangan. Ia juga merupakan bagian dari keluarga besar Pondok Pesantren Darussalam Blokagung.

Ya, dia adalah Gus Mukhtar Nabali Blokagung. Pemuda berusia 29 tahun itu merupakan lulusan double degree Al-Azhar di Kairo dan Universitas Ahmad Dahlan. Saat ini pria yang akrab disapa Gus Nabil itu tengah mengejar gelar magister di Universitas Gadjah Mada (UGM) di Yogyakarta.


Baca Juga : Penantian Panjang Penerbitan Sertipikat Tanah Warga Ringinagung

Gus Nabil memiliki latar belakang pendidikan yang kuat di bidang studi Islam dan kajian masyarakat. Dengan tekad kuat, Gus Nabil ingin menjadi suara bagi warga yang terisolir dan termarjinalkan di wilayah Banyuwangi.

Dengan jam terbang yang terbilang luas, tentunya Gus Nabil juga memiliki relasi yang kuat serta wawasan global mengenai dunia perpolitikan. Ia menuturkan “Think Globally, Act Locally”. Artinya Gus Nabil juga memiliki prinsip tentang membawa perubahan positif dengan cara yang mendunia namun tetap memegang teguh realitas lokal.

Visinya tersebut juga dianut dari pepatah jawa  'mikul duwur mendem jero'. Gus Nabil mewujudkannya dalam setiap tindakan. Sebagai cucu dari KH Mukhtar Syafaat Blokagung, ia menjunjung tinggi nilai-nilai keluarga dan kearifan lokal. 

Namun, tanpa meninggalkan pola pikir yang lebih luas, ia juga telah mengambil bagian dalam panggung internasional. Keahliannya dalam bahasa Arab dan bahasa Inggris telah membawanya menjadi tamu yang diundang dalam berbagai acara internasional.

Pada usia muda, Gus Nabil telah mengukir jejak sebagai aktivis buruh migran ketika ia menempuh pendidikan di Mesir. Menjabat sebagai Ketua Garda Buruh Migran Indonesia (BMI) di Mesir selama 4 tahun, ia telah memperjuangkan hak dan kesejahteraan buruh migran, membuktikan komitmennya dalam bertindak lokal untuk dampak global. 

Aktivitasnya juga melibatkan peran penting di PCINU Mesir dan kepemimpinan sebagai redaktur media mahasiswa setempat, menunjukkan semangatnya dalam menghubungkan antara budaya asing dan akar budaya sendiri. 

Hal inilah yang membuat Gus Nabil merasa bahwa anak muda saat ini harus melek politik, karena aspirasi anak muda itu sangat berpengaruh bagi kemajuan suatu negara. Memasuki dekade yang semakin tua peran milenial menjadi tombak serangan di kancah perpolitikan. 

"Anak muda harus mengerti jati diri mereka. Dengan cara pendekatan melalui apa-apa yang mereka sukai. Tentu kita harus tahu minat dan bakatnya," ungkap Gus Nabil.

Ia mencontohkan, seperti bakat main voli, sehingga pendekatannya harus dengan cara bervoli. Bakatnya main musik juga harus didekati dengan bermain musik.

"Setelah itu kita dekati, kita berteman, maka akan ada hubungan emosional sehingga mereka tahu kebijakan yang kita nikmati sekarang ini,” tutur Gus Nabil.

Wawasan serta pengalaman yang luas membuat Gus Nabil juga peka akan sekitar, bahkan pemuda itu juga tahu bagaimana kerja sebuah pendekatan tanpa ada unsur paksaan di dalamnya.

Selaras dengan ajaran Thoriqoh Syadziliyah di bawah bimbingan Syaikh Yusri Rusydi Jaber, Gus Nabil melihat visi besar dalam tindakan-tindakan kecil. Ia memahami bahwa perubahan yang berarti dimulai dari yang terdekat, dari lingkungan tempat kita hidup. 

Dalam perjalanannya sebagai calon anggota DPRD, ia berkomitmen untuk membawa filosofi 'Think Globally Act Locally' ke ranah kebijakan lokal, menggambarkan bagaimana langkah-langkah kecil di tingkat daerah dapat memberikan dampak yang lebih besar pada tataran global.

Aspirasi utama Gus Nabil adalah memperjuangkan hak-hak masyarakat terisolir dan termarjinalkan, termasuk akses pendidikan yang berkualitas, layanan kesehatan yang memadai, serta lapangan pekerjaan yang layak. 

Melalui program-program yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat lokal, ia berharap dapat mengurangi kesenjangan sosial yang ada. Selain itu, Gus Nabil juga ingin mendorong pengembangan potensi ekonomi lokal untuk menciptakan peluang baru bagi warga Banyuwangi.

"Saya ingin memberikan suara kepada mereka yang belum terdengar, kepada yang merasa terpinggirkan. Banyuwangi memiliki potensi luar biasa, tetapi tidak semua warganya merasakan manfaatnya," kata Gus Nabil.