Pemberdayaan Petani: Keberhasilan Banyuwangi dengan Tanam Padi IP 400

$rows[judul]

Banyuwangi – Pemerintah Kabupaten Banyuwangi melalui Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan) terus mengembangkan inovasi guna meningkatkan produksi hasil panen padi. Salah satu inovasi yang saat ini dilakukan adalah mengembangkan teknik tanam padi Indeks Pertanaman (IP) 400.

Teknik tanam IP 400 adalah cara tanam dan panen empat kali dalam satu tahun di lahan yang sama. Dengan pola tanam tersebut merupakan salah satu langkah Dispertan Banyuwangi untuk meningkatkan produksi padi, meningkatkan hasil para petani, meningkatkan luas tanam petani di kabupaten ujung timur pulau Jawa. Selain itu pola tanam IP 400 adalah bentuk komitmen Banyuwangi mendukung program swasembada pangan nasional. 

“Kita terus mengembangkan program ini. Untuk mendukung program IP 400 ada beberapa kunci yang perlu diperhatikan, antara lain penggunaan benih, penggunaan mekanisasi pertanian dan antisipasi serta mitigasi hama penyakit atau organisme pengganggu tanaman,” kata Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dispertan Banyuwangi, Ilham Juanda, SP. M. Tr.P.


Baca Juga : Prestasi Gemilang, Dispertan Banyuwangi Sabet Dua Penghargaan Karena Sukses Tangani PMK

Ilham menjelaskan, tercatat selama tahun 2023, Dispertan Banyuwangi telah mengembangkan program IP 400 ini dalam luasan 1.025 hektare yang tersebar di 10 kecamatan, dengan menggunakan varietas umur pendek (72-90 hst) diantaranya, Cidenuk, Pandanwangi, Siliwangi, Cakrabuana, Pajajaran, Silungongo, Dodokan, Inpari 11/12/13/18/19/20.

“Kunci keberhasilan program ini adalah terletak pada tahapan penyiapan bibit padi atau uritan diluar areal tanam. Peran Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA) dalam penyiapan bibit sangatlah penting dengan system Culik, dapog atau Tray yang dilakukan 15 hari sebelum panen. Hal ini sangat menunjang dalam proses percepatan tanam,” jelasnya.

Penggunaan mekanisasi alat dan mesin pertanian baik saat olah tanah, tanam maupun panen juga memangkas waktu lebih banyak jika dibandingkan dengan penggunaan alat alat tradisional.

"Penggunaan Hand tractor untuk olah tanah, Rice Transplanter untuk tanam dan Combine Harvester untuk panen wajib dilakukan untuk menunjang optimalisasi indeks pertanaman ini," ungkapnya.

Selain kesiapan alsintan, kondisi ketersediaan air harus dipastikan tersedia sepanjang waktu serta dipastikan juga daerah tersebut bukan endemis hama dan Penyakit.

"Konsep pertanaman secara hamparan dan serempak dapat meminimalisir serangan OPT dan lebih hemat air," imbuh Ilham Juanda.

Dengan pola budidaya IP 400 baik itu Padi - Palawija - Padi – Palawija, Padi – Padi – Palawija – Padi , Padi – Padi – Padi – Padi atau pola lainnya sesuai kondisi setempat, diharapkan terjadi peningkatan produksi 2- 3 ton per Ha.

Dengan tambahan 2-3 ton per hektar, produksi akan meningkat menjadi 7-8 ton per hektar sehingga pendapatan dan kesejahteraan petani juga semakin meningkat. Untuk itu, Dispertan Banyuwangi terus meluaskan dan mengintensifkan program teknik tanam padi IP 400.

“Petani dan kelompok tani Banyuwangi yang ingin lebih memahami teknik tanam IP 400, bisa berkonsultasi dengan para petugas PPL atau mendatangi kantor BPP (Balai Penyuluhan Pertanian) yang ada di masing-masing kecamatan,” pungkas Ilham. (*)