Infobanyuwangi.co.id- Inovasi baru diluncurkan Politeknik Negeri Banyuwangi (Poliwangi). Kali ini mereka mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) yang merupakan salah satu alternatif pembangkit listrik skala kecil.
Program percobaan dilakukan di Dusun Sumberwatu, Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Kabupaten Banyuwangi. Mikrohidro Portable ini cukup memanfaatkan arus sungai dengan beit air yang kontinu dan turbin.
Melihat potensi di Sumberwatu yang memiliki potensi sumber daya air yang cukup besar, Poliwangi melalui pengabdian masyarakat disana.
Mereka memberikan sosialisasi dan solusi kepada warga Dusun Sumberwatu mengenai penerapan pembangkit listrik mikrohidro untuk memberikan penerangan listrik bagi rumah warga yang belum memiliki akses listrik.
Dosen Pendamping Pengabdian Masyarakat, Fuad Al Haris mengatakan, memang masyarakat di dusun setempat sudah menggunakan listrik PLN. Namun pemakaian listrik disana dilakukan secara berbagi untuk beberapa keluarga. Dimana satu keluarga dijatah penerangannya 1-4 lampu.
"Kami bersama beberapa mahasiswa mencoba menerapkan pembangkit listrik berskala mikrohidro. Warga merasa senang dan kagum, karena baru pertama kalinya mereka mendapatkan penerangan listrik secara layak,” tutur Dosen Poliwangi ini, Jumat (18/2).
Menurut Fuad, pihaknya telah melakukan survei di lapangan, debit aliran air yang mengalir di sepanjang sungai Dusun Sumberwatu memiliki potensi energi terbarukan.
"Kami sudah melakukan ujicoba, dan sampai saat ini PLTMH yang kami pasang terus menyala di kampung tersebut. Alatnya yang kami gunakan juha di desain secara portable, sehingga mudah untuk dipindahkan. Warga juga merasa lebih lega saat mereka melakukan aktivitasnya di malam hari,” ujar Fuad.
Untuk menyelesaikan PLTMH ini, tim Poliwangi telah melakukan beberapa tahap pembuatan mulai Juli-September 2021. Pertama, memilih generator mikrohidro dengan pengolahan generator magnet permanen dengan rotor berjumlah 6 buah kutub magnet permanen dan stator generator terbuat dari pipa besi berukuran 5 diameter.
"Stator tersebut dijadikan sebagai tempat meletakkan lilitan kumparan kawat yang terdiri dari 6 buah kumparan disesuaikan dengan besar diameter pipa besi," katanya.
Tahapan kedua adalah pengujian laboratorium kinerja dari generator magnet permanen sebelum diterapkan di sungai. Tujuannya untuk mengetahui besaran tegangan, dari yang tertinggi sampai terendah menggunakan motor yang diputar dengan kecepatan bervariasi tanpa beban.
Tahap ketiga pembuatan turbin air mikrohidro jenis cross flow, berfungsi mengubah energi air menjadi energi gerak putar yang dihubungkan pada generator sehingga menghasilkan energi listrik. Sementara tahapan keempat dan kelima adalah bagian terakhir, yaitu perakitan turbin air dan pemasangan PLTMH.
“Kami berharap mikrohidro ini bisa dikembangkan di daerah-daerah tertinggal," pungkas Fuad saat menjelaskan hasil pengabdian masyarakat ini. (feb/qin).