Banyuwangi Fokus Turunkan Stunting untuk Menekan Angka Kemiskinan

$rows[judul]



Keterangan Gambar : Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani mengunjungi balita yang mengalami stunting, di Desa Jajag, Kecamatan Gambiran, Kamis (31/3/2022). (Istimewa).

Infobanyuwangi.co.id- Penurunan stunting menjadi salah satu prioritas Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani. Strategi penanganannya dilakukan keroyokan lintas sektor seperti yang Banyuwangi lakukan untuk penurunan kemiskinan, yang telah terbukti berhasil menurunkan angka kemiskinan.

"Penanganan stunting dilakukan seperti saat penurunan kemiskinan. Dilakukan secara keroyokan tidak hanya menjadi tugas Puskemas dan Dinas Kesehatan. Karena penyebab stunting tidak hanya soal kesehatan saja, tapi juga ada faktor ekonomi dan lingkungan," kata Ipuk, saat mengunjungi balita yang mengalami stunting, di Desa Jajag, Kecamatan Gambiran, Kamis (31/3/2022). Kunjungan itu dilakukan di sela-sela rangkaian Bupati Ngantor di Desa (Bunga Desa) di Desa Jajag. 



Baca Juga : Banyuwangi Perangi Tuberkulosis, 22.500 Warga Rentan Bakal di Skrining

Balita berusia 3 tahun tersebut memiliki berat badan sekitar 7 kilogram. Padahal saat lahir berat badan bayi tersebut normal 3,2 kilogram. Akibatnya pertumbuhan tinggi badan anak tersebut juga terhambat. 


Ipuk meminta petugas Puskesmas rutin untuk memantau perkembangan balita tersebut. Ipuk juga meminta Kepala Desa Jajag dan Camat untuk membantu permasalahan ekonomi yang turut menjadi salah satu penyebab anak tersebut mengalami stunting. 


"Penurunan stunting di wilayah juga menjadi salah satu indikator KPI (Key Performance Indicators) bagi kepala desa, lurah, dan camat. Jadi harus sangat diperhatikan permasalahan stunting ini," tegas Ipuk. 


Dalam penanganan stunting, data telah teridentifikasi by name by adress, berikut faktor resikonya apa saja. "Misalnya penyebab stunting karena tubercolosis, ISPA, atau lainnya dilakuan penanganan sesuai kondisi. Berikut juga asupan gizinya harus diintervensi determinan faktornya," kata Ipuk. 


Setelah dilakukan identifikasi, selanjutnya penanganan dilakukan secara gotong royong untuk intervensi. Misalnya ada anak petani stunting disebabkan kurang gizi karena faktor ekonomi. “Mereka rutin akan diberikan makanan tambahan serta vitamin. Misalnya diberi susu secara berkala atau pun vitamin,” kata Ipuk. 


Selain penanganan kesehatannya, juga dilakukan intervensi melalui dinas teknis untuk membantu perekonomian keluarga tersebut. Misalnya saja Dinas Pertanian untuk memberikan bantuan bibit atau hewan ternak.


"Bisa juga Dinas Koperasi dan UMKM memberikan bantuan alat-alat usaha untuk membantu ekonomi mereka. Apabila penyebabnya karena kekurangpahaman orangtua terkait gizi dan kesehatan, Dinas Kesehatan dan Puskesmas yang akan memberikan pendampingan langsung. Adapula penyebabnya karena kebersihan lingkungan, OPD-OPD terkait juga dilibatkan" kata Ipuk.   


Ditambahkan Plt Kepala Dinas Kesehatan Amir Hidayat, angka stunting di Banyuwangi saat ini sekitar 21 persen dari jumlah anak-anak di Banyuwangi atau 4371 anak. Angka tersebut menurun dibandingkan pada 2021 sebanyak 24 persen. "Untuk Desa Jajag sendiri  merupakan terbanyak angka stuntingnya, sehingga Pemkab Banyuwangi menaruh perhatian pada desa ini," kata Amir. 


Amir mengatakan rata-rata penyebab stunting karena kurang pahamnya orangtua terkait masalah makanan yang bergizi. Namun banyak juga karena faktor ekonomi. "Petugas Puskesmas dan ahli gizi juga rutin melakukan pemantauan pada anak yang teridentifikasi stunting," tambah Amir. (wan/qin)