Banyuwangi – Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, meminta seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait untuk mempersiapkan langkah konkret menghadapi ancaman krisis pangan yang diprediksi akan terjadi pada 2025.
Arahan ini merespons pernyataan Presiden Jokowi bahwa Indonesia akan menghadapi tantangan besar terkait ketersediaan pangan dan energi di masa mendatang.
Menanggapi instruksi tersebut, Dinas Pekerjaan Umum (PU) Pengairan Banyuwangi telah merumuskan strategi komprehensif untuk mencapai ketahanan pangan yang berkelanjutan di wilayah Banyuwangi.
Kepala Dinas PU Pengairan Banyuwangi, Guntur Priambodo, menekankan bahwa ketersediaan air yang mencukupi dan pengelolaan sumber daya air yang bijak merupakan faktor kunci dalam mendukung sektor pertanian, yang menjadi fondasi ketahanan pangan daerah.
“Ketersediaan air yang cukup sangat krusial, terutama bagi sektor pertanian yang menjadi tulang punggung ketahanan pangan di Banyuwangi. Oleh karena itu, pengelolaan air harus dilakukan dengan sebaik mungkin,” ujar Guntur.
Sebagai salah satu langkah utama, Dinas PU Pengairan telah berfokus pada peningkatan infrastruktur irigasi di berbagai wilayah. Menurut Guntur, perbaikan dan rehabilitasi jaringan irigasi yang rusak, serta pembangunan saluran irigasi baru di daerah-daerah yang membutuhkan, terus dilakukan. “Kami berkomitmen untuk memastikan distribusi air pertanian dapat berjalan lancar, khususnya di saat-saat kritis seperti musim kemarau,” jelasnya.
Guntur juga menggarisbawahi pentingnya optimalisasi penggunaan sumber daya air secara terpadu, mulai dari hulu hingga hilir. Sistem pompa dan pengaliran air telah dioptimalkan untuk memastikan tidak ada air yang terbuang sia-sia. “Kami pastikan setiap tetes air dimanfaatkan seefisien mungkin, agar bisa menjangkau seluruh lahan pertanian yang membutuhkan,” tambahnya.
Selain penguatan infrastruktur, Dinas PU Pengairan juga bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk kelompok tani, Himpunan Petani Pemakai Air (HIPPA), dan SKPD terkait. Sinergi ini bertujuan untuk berbagi pengetahuan dan teknologi yang mendukung pengelolaan air yang lebih baik oleh petani.
“Kerja sama dengan para petani sangat penting agar mereka bisa memaksimalkan penggunaan air. Kami ingin mereka mampu mengelola air tidak hanya dari irigasi, tetapi juga dari sumber-sumber alternatif seperti penampungan air hujan dan embung,” kata Guntur.
Sebagai bagian dari strategi jangka panjang, Dinas PU Pengairan aktif melakukan edukasi dan penyuluhan kepada petani terkait pentingnya konservasi air. Guntur menyatakan bahwa penyuluhan ini dilakukan secara langsung di lapangan untuk memastikan petani memahami betul pentingnya menjaga sumber daya air.
“Dengan pemahaman yang baik, petani bisa lebih mandiri dan tidak sepenuhnya bergantung pada air irigasi. Kami juga mendorong mereka untuk mengembangkan sistem penampungan air yang lebih efektif,” ujarnya.
Langkah-langkah ini merupakan bagian dari upaya Banyuwangi dalam mengantisipasi tantangan pangan di masa depan. Guntur optimis bahwa dengan perencanaan yang matang, penerapan teknologi modern, serta keterlibatan aktif seluruh elemen masyarakat, Banyuwangi mampu mencapai ketahanan pangan yang berkelanjutan.
“Ketahanan pangan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi juga seluruh masyarakat. Kami mengajak semua pihak untuk bersama-sama menjaga keberlanjutan ini,” pungkas Guntur. (*)