Sekretaris DPC GMNI Banyuwangi, Rozakki Muhtar, menyuarakan urgensi pembahasan batasan usia pengurus Dewan Pimpinan Pusat (DPP) GMNI di Kongres GmnI XXII di Bandung sebagai bagian dari upaya menyelaraskan organisasi dengan dinamika zaman. Menurutnya, usia produktivitas harus menjadi tolak ukur utama untuk memastikan organisasi tetap relevan, progresif, dan mampu menggerakkan kader dalam semangat juang yang kontekstual.
Rozakki menilai, saat ini GMNI dihadapkan pada tantangan besar berupa krisis identitas dan orientasi generasi muda, yang dikenal sebagai quarter life crisis. Menurutnya, jika organisasi tidak mampu memberi ruang aktualisasi yang sehat dan realistis bagi kader muda, maka GMNI akan kehilangan fungsinya sebagai wadah perjuangan ideologis dan intelektual.
“Pembatasan usia pengurus DPP GMNI menjadi penting agar semangat regenerasi terus hidup. Ini bukan soal diskriminasi usia, tapi bagaimana kita menjawab tantangan era baru dengan SDM yang adaptif, segar, dan produktif secara intelektual maupun emosional,” tegas Rozakki. Ia juga menyebut bahwa produktivitas di usia muda harus dikelola melalui struktur organisasi yang memberi peluang belajar, bertumbuh, dan berdampak.
Ia menambahkan bahwa GMNI perlu mengambil peran sebagai garda terdepan dalam menghadapi percepatan arus pengetahuan. Di era digital, “Ini saatnya GMNI mengoptimalkan teknologi dan pengetahuan sebagai alat perjuangan baru. Tapi itu hanya bisa dilakukan jika kader-kader muda diberi ruang dalam kepemimpinan nasional., Pungkasnya.